SEJARAH FIB UNAND
Fakultas Sastra Universitas Andalas mulai dibuka pada tahun akademik 1982/1983. Namun, kehadiran fakultas ini tidaklah muncul secara tiba-tiba. Sesungguhnya hasrat untuk mendirikannya telah lama dirasakan oleh para cendekiawan dan pemuka masyarakat Sumatra Barat. Hal itu mulai mengkristal seiring dengan peresmian Universitas Andalas oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta di Bukittinggi pada tanggal 13 September 1956. Sejak itu, Profesor Bahder Djohan, yang pada waktu menjabat sebagai Presiden (sekarang disebut Rektor) Universitas Indonesia, dan Buya Hamka selalu menghangat-hangatkannya dalam berbagai kesempatan dan pertemuan dengan para cedekiawan, budayawan, dan sastrawan Minangkabau Sumatra Barat. Mereka melihat bahwa keberadaan Universitas Andalas belumlah lengkap bila belum memiliki Fakultas Sastra dan Sosial Budaya, yang akan menggali dan mengembangkan kebudayaan Minangkabau tempat di mana Universitas Andalas berada.
Drs. Zuber Usman, sastrawan dan budayawan Minangkabau, merupakan orang yang pertama kali yang mengemukakan ide pembentukan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya dalam makalah yang dipaparkannya pada seminar “Pembangunan Daerah Sumatera Barat” di Padang pada tahun 1964. Ia memandang momen seminar itu sangat tepat karena membicarakan penataan kembali perjalanan sejarah Sumatra Barat yang selama 3 tahun (1958-1961) menjadi basis Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)) yang mengakibatkan kemunduran masyarakat Minangkabau. Di samping itu, hal yang terpenting adalah bahwa seminar itu diadakan dalam rangka memperingati Dies Natalis Universitas Andalas ke-8.
Setelah itu, perbincangan mengenai perlunya didirikan sebuah Fakultas Sastra dan Sosial Budaya di Universitas Andalas selalu mewarnai berbagai pertemuan cendikiawan Minangkabau. Dorongan itu semakin kuat setelah dilaksanakan tiga seminar berturut-turut: “Seminar Hukum Adat dan Harta Pusaka” (1968); “Seminar Sejarah Masuknya Islam di Minangkabau” (1969); dan “Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau” (1970). Ketiga seminar itu diprakarsai oleh Center for Minangkabau Studies yang dipimpin oleh Dr. Mochtar Naim, M.A. Ketiga seminar itu merekomendasikan untuk sesegeranya mendirikan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya di Universitas Andalas.
Tokoh dan cendekiawan Minangkabau merasakan banyak potensi terpendam, khususnya dalam bidang sastra dan sosial budaya, yang perlu digali dan dikembangkan dari kebudayaan Minangkabau. Hasil kajian tersebut dapat disumbangkan bagi kejayaan nusa, bangsa dan negara di masa depan.
Pada satu sisi, paradigma pembangunan Indonesia di bawah pemerintahan Orde Baru yang lebih mengedepankan pembangunan fisik dan ekonomi, mengabaikan pembangunan watak dan budaya (character building) juga semakin memperkuat gagasan untuk membuka Fakultas Sastra dan Sosial Budaya. Eksistensi Fakultas Sastra dan Sosial Budaya diharapkan dapat menata pembangunan kebudayaan yang agak terabaikan selama Orde Baru. Pembangunan sumber daya manusia dari aspek kehumanioraan amat memegang peranan karena kunci keberhasilan pembangunan secara menyeluruh sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia.
Menyikapi pemikiran para cendikiawan Minangkabau tersebut, maka Rektor Universitas Andalas, Drs. Mawardi Junus, yang pada waktu itu juga menjabat sebagai Ketua LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau), memprakarsai untuk mengadakan “Lokakarya Persiapan Pembukaan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya”. Lokakarya bertempat di Gedung Tri Arga, Bukittinggi pada tanggal 14-16 Februari 1980. Pertemuan itu disponsori oleh Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial di Jakarta dan Volkswagen Stiftung, Jerman Barat. Kedua lembaga itu sangat menaruh perhatian pada perkembangan ilmu-ilmu sosial dan kebudayaan di Indonesia. Jika para sesepuh Minangkabau pada seminar-seminar sebelumnya lebih menekankan pada pengkajian kebudayaan Minang-kabau yang lebih bersifat internal, maka lokakarya itu lebih menekankan pada pencapaian kualitas dan prestasi akademik yang setara dengan fakultas-fakultas serupa lainnya di tanah air. Lokakarya itu mere-komendasikan untuk mendirikan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya.
Berdasarkan rekomendasi dari lokakarya tersebut, akhirnya Dirjen Dikti Depdikbud (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) menyetujui rencana pendirian Fakultas Sastra dan Sosial Budaya di Universitas Andalas. Untuk itu, pada tanggal 7 Maret 1980 Rektor Drs. Mawardi Junus membentuk “Panitia Persiapan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya”. Panitia itu diketuai oleh Dr. Mochtar Naim, M.A., yang pada waktu itu sedang bertugas di Makasar dan dibantu oleh Drs. Amir Hakim Usman (Profesor Doktor, alm); Drs. Edwar; Syofyan Thalib, S.H. (sekarang: Profesor Doktor); dan Drs. Tamsin Medan (alm).[1] Panitia juga dilengkapi dengan 3 orang tenaga sekretariat yaitu Nurmasni, S.H. (alm), Drs. Yohanes Suyono, dan Drs. Syafruddin Sulaiman (sekarang kandidat doktor di Universitas Negeri Padang).
Panitia itu kemudian diperluas dengan membentuk Tim Penasihat dan Tim Persiapan Sarana Akademis; Pengadaan dan Pengembangan Tenaga Pengajar; serta Sarana Fisik dan Administrasi. Perluasan keanggotaan panitia persiapan ditunjang dengan adanya Piagam Kerjasama Universitas Andalas (Unand) dengan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang. Piagam itu ditandatangani pada tanggal 19 September 1980 oleh Rektor Unand Drs. Mawardi Junus dan Rektor IKIP Profesor Jakub Isman (alm.). Kerjasama itu menyepakati bahwa IKIP (sekarang UNP/Universitas Negeri Padang) yang telah mempunyai banyak dosen senior di bidang bahasa, sastra, dan sejarah akan membantu proses pembelajaran di Fakultas Sastra dan Sosial Budaya.
Tahap akhir dari panitia persiapan adalah pembentukan satuan tugas (satgas) masing-masing program studi. Satgas diberi wewenang untuk menyempurnakan kurikulum yang siap pakai. Badan ini juga mengurus pengadaan dosen-dosen pengasuh setiap mata kuliah. Bidang studi sastra diketuai oleh Drs. Amir Hakim Usman, bidang studi sejarah oleh Drs. Amir Benson, dan bidang studi ilmu sosial oleh Fatimah Rawalis, S.H.
Untuk memancing perhatian para ahli di dalam dan luar negeri, sebuah Seminar Internasional dengan tema “Kesusastraan, Kemasya-rakatan dan Kebudayaan Minangkabau” diselenggarakan pula pada tanggal 4-8 September 1980. Seminar bertempat di Gedung Tri Arga Bukittinggi. Seminar itu bercorak internasional karena para peserta berdatangan dari Amerika, Kanada, Australia, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, Belanda, Perancis, dan Inggris. Peserta dari berbagai daerah dan perguruan tinggi di Indonesia juga tidak sedikit yang hadir. Seminar itu berhasil mensosialisasikan pembentukan Fakultas Sastra dan SosialBudaya ke berbagai universitas di dalam dan luar negeri. Di samping itu, seminar tersebut juga sekaligus meletakkan dasar-dasar kerjasama antar lembaga secara berkelanjutan. Sejak berdiri, Fakultas Sastra dan Sosial Budaya adalah fakultas yang sering melakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga terkait baik di dalam maupun luar negeri.
Pada akhirnya, segala upaya untuk membuka Fakultas Sastra mulai terealisasi dengan dimasukkannya Fakultas Sastra dan Sosial Budaya ke dalam “Buku Panduan Masuk Perguruan Tinggi Tahun Akademik 1982/1983”, yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Program studi yang ditawarkan pada waktu adalah Sejarah Indonesia; Sosiologi; Antropologi; Bahasa dan Sastra Indonesia; dan Bahasa dan Sastra Inggris. Kelima prodi itu bernaung di bawah tiga jurusan yaitu Ilmu Sejarah, Ilmu-ilmu Sastra, dan Ilmu-ilmu Sosial. Jurusan Ilmu Sejarah dipimpin oleh Drs. Ishaq Thaher sebagai ketua dan Dra. Erwiza (sekarang Dr.) sebagai sekretaris. Jurusan Ilmu-Ilmu Sastra dipimpin oleh Drs. Amir Hakim Usman (sekarang Prof. Dr) sebagai ketua dan Drs. Syafruddin Sulaiman (sekarang: M.Pd), sebagai sekretaris. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial dipimpin oleh Drs. Edwar sebagai ketua dan Rustam Ismael, S.H., sebagai sekretaris. Pada tanggal 19 Februari 1983, Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Prof. Dr. Dodi Tisnaamidjaya datang ke Padang untuk meresmi-kan berdirinya Fakultas Sastra dan Ilmu-Ilmu Sosial.
Namun, beberapa bulan kemudian, Fakultas Sastra dan Ilmu-Ilmu Sosial berubah nama menjadi Fakultas Sastra. Perubahan nama itu merupakan penyesuaian dengan SK Mendikbud No. 0538/O/1983. Konsekwesinya Jurusan Sosiologi dengan Program Studi Sosiologi dan Antropologi yang merupakan cabang Ilmu Sosial “dititipkan” di Fakultas Sastra dan menjadi cikal bakal Fakultas Ilmu-ilmu Sosial nantinya. Dengan demikian, pada periode awal, jurusan yang bernaung di bawah Fakultas Sastra adalah sebagai berikut.
No | Jurusan | Program Studi |
1. | Ilmu Sejarah | Sejarah Indonesia |
2. | Sosiologi | 1. Sosiologi; 2. Antropologi |
3. | Sastra Indonesia | Bahasa dan Sastra Indonesia |
4. | Sastra Inggris | Bahasa dan Sastra Inggris |
5. | Sastra Daerah | Bahasa dan Sastra Minangkabau |
Sejak mulai berdiri Fakultas Sastra telah menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) yang pada waktu itu baru pula dilaksanakan di Univeristas Andalas. Sistem ini telah membuka peluang bagi mahasiswa Fakultas Sastra untuk menamatkan kuliah dalam waktu yang relatif cepat yaitu 4 (empat) tahun. Sementara fakultas-fakultas lain yang telah lebih dahulu dibuka di Universitas Andalas, menamatkan mahasiswanya dalam rentang waktu antara 5-7 tahun. Ini terbukti setelah 4 tahun kemudian, untuk pertama kalinya Fakultas Sastra berhasil meluluskan dan mewisuda 8 orang mahasiswanya pada wisuda II Universitas Andalas bulan Desember 1986. Kedelapan alumni perdana itu adalah Dra. Nadra (sekarang Prof. Dr.), Drs. Gusti Asnan (sekarang Prof. Dr.), Drs. Maizufri (sekarang M.S. dan kandidat doktor), Dra. Noviatri (sekarang Magister Humaniora), Dra. Yusmarni (sekarang Magister of Art. dan kandidat doktor), Drs. M.Yusuf (sekarang Magister Humaniora), Dra. Marlina Gafari, dan Dra. Yusmaini Syafar. Sampai wisuda I tahun akademik 2009/2010 yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2010, alumni Fakultas Sastra sudah berjumlah 2.834 orang. Mereka bekerja di berbagai instansi pemerintah dan swasta, baik di dalam maupun di luar negeri. Di samping itu, banyak pula alumni yang berwiraswasta. Sebagian ada pula yang menjadi dosen di almamaternya Universitas Andalas; sebagian lain ada yang menjadi dosen di, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Leiden University (Negeri Belanda), UNP, STBA (Sekolah Tinggi Bahasa Asing), ABA (Akademi Bahasa Asing), dan Sekolah Tinggi lain di Indonesia.
Sebelum pindah ke Kampus Limau Manis, kampus Fakultas Sastra terletak di Jalan Situjuh No. 1. Tempat ini sebelumnya merupakan Labor Fisiologi Fakultas Kedokteran yang direnovasi sedemikian rupa menjadi sebuah “kampus”. 2 Namun kondisi itu itu mampu menciptakan suasana akademik bagi segenap sivitas akademikanya baik dosen maupun mahasiswanya, untuk menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menitikberatkan perhatian dalam bidang sejarah, sosial, sastra, dan budaya. Berbagai kerjasama dengan berbagai institusi, baik di dalam maupun di luar negeri, dilakukan untuk menghadirkan para dosen tamu; magang dosen muda; pendidikan dosen; penelitian; dan pengabdian kepada masyarakat sehingga fakultas ini semakin tumbuh dan berkembang.
Lembaga-lembaga yang telah menjalin kerja sama dengan Fakultas Sastra Universitas Andalas adalah Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial (YIIS); Universitas Frankfurt & Volkswagen Stiftung, Jerman Barat; Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); SOAS-University of London, Inggris; The British Council, Jakarta; AMINEF-FULBRIGHT, Amerika Serikat; University of Leiden, Belanda; University Malaya, Malaysia; University of South Carolina, Amerika Serikat; Volunteer in Asia (VIA), Amerika Serikat; The Ohio State University, Amerika Serikat; Kyoto University, Jepang; University of Kent at Canterbury, Inggris; Erasmus Huis, Jakarta; NIOD (Nederlands-Indonesisch Oorlog Documentatie) di Negeri Belanda; Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan pemerintah kabupaten dan kota di Sumatera Barat; Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang; Balai Bahasa Padang; Museum Adityawarman; Taman Budaya Padang; Arsip Nasional Daerah Sumatra Barat, dan sebagainya.
Pada tahun 1989 Fakultas Sastra pindah ke kampus baru Unand yang terletak di Bukit Karamuntiang, Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauah. Fakultas Sastra merupakan fakultas yang pertama pindah ke kampus ini, yang lebih dikenal dengan nama Kampus Limau Manis. Kampus baru terletak di atas sebuah bukit dengan pemandangan terbuka ke arah Kota Padang dan Lautan Hindia serta dilatarbelakangi oleh perbukitan dengan hutannya yang masih hijau. Nuansa lingkungan seperti ini sangat mendukung kegairahan iklim akademis di Fakultas Sastra.
Kepindahan Fakultas Sastra ke Kampus Limau Manis tampaknya meng-hadapi persoalan baru. Transportasi menjadi kendala. Kampus Limau Manis terletak sekitar 15 km dari pusat kota. Kawasan ini tidak dilalui oleh kandaraan umum sehingga menyulitkan akses ke kampus. Perkuliahan kadang-kadang tidak dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Kegiatan-kegiatan akademik lainnya sering terkendala oleh masalah transportasi. Persoalan semakin menjadi rumit setelah satu persatu fakultas lainnya di lingkungan Unand mengikuti jejak Fakultas Sastra pindah ke Kampus Limau Manis. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi persoalan trans-portasi. Namun, masalah-masalah yang muncul tidak teratasi dengan baik. Kecelakaan terjadi hampir setiap semester. Akhirnya, pada tahun 2002 Unand memutuskan untuk memiliki bus kampus sendiri. Upaya ini juga tidak lepas dari masalah. Pengelola bus kota dan sopir angkutan kota yang beroperasi ke kampus Unand tidak sependapat dengan gagasan Unand untuk memiliki bus sendiri. Masa-masa sulit ini pada akhirnya menemukan jawaban. Masyarakat pengelola angkutan umum menerima gagasan Unand untuk mempunyai bus kampus sendiri. Sekarang bus kampus telah berjumlah 33 buah. Jumlah ini belum memadai untuk melayani lebih dari 21.000 orang mahasiswa Unand termasuk mahasiswa Fakultas Sastra.
Sesuai dengan gagasan awal para pendiri Fakultas Sastra, setelah 11 tahun perjalanannya, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial yang ada dalam Fakultas Sastra dimekarkan pula menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Pada tahap awal, fakultas ini memiliki Jurusan Sosiologi dengan Program Studi Sosiologi dan Antropologi. Pada tahun 1993, Prodi Sosiologi dan Antropologi dijadikan dua jurusan yaitu Sosiologi dan Antropologi. Untuk melengkapi syarat berdiri sebuah fakultas baru, Jurusan Ilmu Politik dibuka pula sehingga FISIP tumbuh dan berkembang menjadi fakultas tersendiri. Perjalanan sejarah tampaknya menobatkan kedua fakultas ini – Fakultas Sastra dan FISIP – menjadi dua fakultas yang saling memiliki ikatan emosional --- “Adik dan Kakak”.
Perjalanan waktu membuat Fakultas Sastra semakin tumbuh dan berkembang. Pada Tahun Akademik 2004/2005, dibuka Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang. Pembukaan Jurusan Sastra Jepang dilakukan berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Andalas Nomor: 885/XIII/UNAND-2004. Keputusan Rektor itu keluar setelah ada persetujuan dari Senat tingkat Fakultas dan Senat Universitas. Semen-tara menunggu izin Dikti, Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang “dititipkan” pada Jurusan Sastra Inggris. Gagasan yang telah dirancang sejak memasuki abad ke-21 ini dapat direalisir atas bantuan Japan International Cooperation Agency (JICA). Akhirnya, setelah disetujui oleh Dirjen Dikti Depdiknas maka sejak tahun 2006 Prodi Bahasa dan Sastra Jepang telah diakui pula menjadi sebuah jurusan di lingkungan Fakultas Sastra. Pada tahun 2009 pemerintah Jepang memberi bantuan dalam bentuk Labor Bahasa Jepang.
Di samping itu sejak tahun akademik 2002/2003, Program Non-Reguler Jurusan Sastra Inggris mulai pula dibuka. Sejak tahun 2006, Program ini disebut Reguler Mandiri. Dengan demikian, jurusan-jurusan yang bernaung di bawah Fakultas Sastra adalah sebagai berikut.
No |
Jurusan |
Program Studi |
1. |
Ilmu Sejarah |
Sejarah Indonesia |
2. |
Sastra Indonesia |
Bahasa dan Sastra Indonesia |
3. |
Sastra Inggris |
Bahasa dan Sastra Inggris |
4. |
Sastra Daerah |
Bahasa dan Sastra Minangkabau |
5. |
Sastra Jepang |
Bahasa dan Sastra Jepang |
Sejak berdiri sampai sekarang Fakultas Sastra telah mengalami beberapa kali pergantian pimpinan. Sampai saat ini Fakultas Sastra sudah dipimpin oleh 9 (sembilan) dekan. Kesembilan dekan yang telah memimpin Fakultas Sastra adalah sebagai berikut.
Tabel 3 : Nama-nama Dekan Fakultas Sastra
No | Nama Dekan | Periode |
1. | Drs. Abdul Azis Saleh, M.A. (Pjs.) | Juli 1982-Des. 1982 |
2. | Drs. Mawardi Yunus (Rektor) (Pjs) | Jan.1983-Juli 1988 |
3. | Drs. Amir Hakim Usman | 1983-1986 |
4. | Prof.Dr. Khaidir Anwar, M.A. (alm.) | 1986-1987 |
5. | Prof.Dr. Abdul Azis Saleh, M.A. (alm.) | 1987-1991/1991-1994 |
6. | Drs. Ainul Ihsan | 1994-1998 |
7. | Drs. Syafruddin Sulaiman | 1998-2001 |
8. | Drs. Maizufri, M.S. | 2001-2005 |
9. | Dra. Adriyetti Amir, S.U. | 2005-2009 |
10. | Prof. Dr. Herwandi, M. Hum. | 2009-2013 |
11. | Prof. Dr. phil. Gusti Asnan | 2013-2017 |
12. | Dr. Hasanuddin, M.Si | 2017-2021 |
Terakhir perlu pula disebutkan beberapa tokoh intelektual, cendekiawan dan budayawan yang ikut membidani dan mengembangkan Fakultas Sastra Unand selama ini. Beliau-beliau adalah Prof. Dr. Koentjaraningrat, Prof. Dr. Taufik Abdullah, Prof. Dr. Umar Yunus, Prof. Dr. Imran Manan, A.A. Navis, Wisran Hadi, Prof. Dr. Mursal Esten, Prof. Dr. Atar Semi, Dr. Alfian (alm.), Prof. Firdaus Rivai, Drs. .M. Fatchurrahman (alm), Prof. Dr. Hans Dieter Evers, Prof. Dr. G.A. Persoon, Prof. Dr.K.G. Heider, Bill Watson, dan lain-lain. Dalam beberapa tahun terahir beberapa ahli datang untuk memberi kuliah umum, pelatihan metodologi penelitian seperti: Prof. Robert Cribb, Prof. Dr. Frijk Colombijn, Prof. Sohaimi Abdul Aziz, Prof. Dr. Kamaruzzaman, Prof. Dr. Jefry Hadler, Els Bogart, Dr. Fachri Ali, M. A, Dr. Dendy Sugono, Dr. Hans Groot, Dr. Kees Groeneboer, Yasraf A. Piliang. Selanjutnya beberapa pengarang Indonesia datang memberikan kuliah umum dan diskusi: Putu Wijaya, Ahmad Tohari, Zawawi Imron, Joni Ariadinata, Cecep Zamzami Nur, Hamsad Rangkuti.
Selanjutnya sejumlah kegiatan seminar telah dilaksanakan, antara lain: “Indonesia in Transition” (2004) “Decolonization of Sumatera” (2005), BKS-PTN bidang Bahasa, Sastra dan Seni (2006), Seminar Geografi Budaya Melayu (kerjasama dengan USM-2007), Seminar “Pengajaran Bahasa Melayu/Indonesia yang Menyeronokkan” Desember 2008 (kerjasama dengan “Persatuan Guru Bahasa Melayu Malaysia dan Singapura”, Lokakarya Pengembangan Tradisi Lisan 2007 (Kerjasama dengan Asosiasi Tradisi Lisan dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Mulai tahun akademik 2010, Fakultas Sastra sudah semakin bergerak maju. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan pasar mengharuskan Fakultas Sastra berganti nama. Setelah melalui pengkajian yang mendalam, senat Fakultas Sastra merekomendasikan ke Senat Universitas Andalas untuk mengubah nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Melalui rapat senat yang diadakan tanggal 23 Juni 2010, Senat Universitas Andalas mengesahkan perubahan nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Pada tahun akademik 2010, Fakultas Sastra menjalin kerja sama dengan USM. Wujud kerja sama itu adalah mendatangkan dosen tamu (Prof. Madya. Dr. Noriah Mohammed) dari USM ke Fakultas Sastra selama 2 bulan untuk memberikan kuliah di Fakultas Sastra. Di samping itu, Fakultas Sastra juga menjalin kerja sama dengan Universiti Malaya dalam bentuk Program Outbound (Pertukaran Mahasiswa) selama tiga minggu.
Di dalam negeri, mulai tahun akademik 2010, Universitas Andalas berkerja sama dengan PTN Wilayah Barat dalam bentuk transfer kredit. Fakultas Sastra adalah salah satu fakultas yang masuk di dalamnya. Tindak lanjut dari kerja sama itu adalah pengiriman mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Andalas untuk kuliah di fakultas yang sama selama satu semester.
[1]Pada tanggal 7 Maret dapat dikatakan sebagai titik awal terwujudnya gagasan untuk mendirikan Fakultas Sastra secara legal-formal. Oleh karena itu dapat pula dipahami mengapa tanggal 7 Maret yang dipilih oleh para pendiri fakultas ini sebagai hari Dies Natalis Fakultas Sastra. Akan tetapi tahun yang diambil bukan tahun 1980 melainkan tahun 1982 karena mengacu kepada tahun pertama penerimaan mahasiswanya.
2 Sekarang Gedung Percetakan dan Penerbitan Universitas Andalas.
Dari segi kurikulum yang dipakai pada saat ini, secara substansi, kajian bahasa, sastra dan sejarah pada dasarnya berada di bawah payung ilmu budaya. Bahasa dan sastra adalah salah satu unsur kebudayaan. Di samping itu, kajian bahasa melalui berbagai bidang linguistik, kajian kesusasteraan, dan kajian sejarah pada dasarnya adalah kajian tentang kebudayaan manusia dengan segala aspeknya. Oleh sebab itu, perubahan nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya dapat mewadahi semua bidang kajian yang sesungguhnya sudah ditawarkan dalam kurikulum yang dipakai saat ini. Di samping itu, penambahan prodi baru di bawah payung Fakultas Ilmu Budaya sangat terbuka kemungkinannya sebagaimana yang dicantumkan dalam Renstra Unand 2007-2011. Ini sejalan pula dengan Kepmendiknas No. 234/U/2000 tentang syarat-syarat pendirian perguruan tinggi atau prodi baru.
Jika ditelusuri sejarah perjalanan Fakultas Sastra semenjak berdiri sampai sekarang, dari hal kerja sama dengan berbagai institusi baik pemerintah maupun swasta, dalam dan luar negeri, lingkup kerja samanya tidak hanya sebatas bidang SASTRA sebagaimana nama fakultas, tetapi menjangkau sampai jauh ke ranah-ranah kemanusiaan, kebudayaan, dan kesejarahan. Dengan demikian, nama Fakultas Ilmu Budaya lebih tepat dipakai sehingga visi, misi dan tujuan yang diemban oleh fakultas ini cocok dengan nama yang disandangnya. (Renstra Universitas Andalas 2007-2011, terutama yang berkaitan dengan Tujuan Strategis). Penamaan Fakultas Ilmu Budaya sudah sejalan pula dengan Renstra Fakultas Sastra 2006-2016. Inti dari Renstra Fakultas Sastra 2006-2016 adalah pengkajian, pengembangan, dan penerapan ilmu-ilmu budaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Substansi kajian yang ditawarkan melalui kurikulum yang tersedia pada ke 5 Program Studi yang ada saat ini sesungguhnya dapat menjawab tuntutan pasar yang semakin meluas. Lulusan Fakultas Sastra berpeluang untuk dapat diterima pada banyak sektor pekerjaan dan memungkinkan pula untuk menciptakan berbagai peluang kerja. Namun demikian, penafsiran sempit sebagian masyarakat terhadap istilah SASTRA dengan pengertian yang dibangun sendiri dalam pikiran masing-masing cenderung mempersempit gerak dan peluang para lulusan dalam meniti dan mengembangkan karirnya. Akibatnya, lulusan Fakultas Sastra cenderung dirugikan dalam berbagai kesempatan. Renstra Universitas Andalas 2007-2011 (Tujuan Strategis, poin (a) dan (b)).
Pada akhirnya, dengan keluarnya izin prinsip dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui surat Nomor: 816/E/T/2011, dan SK Rektor Universitas Andalas Nomor: 1292/XIII/A/UNAND-2011, perubahan nama Fakultas Sastra Universitas Andalas menjadi Fakultas Ilmu Budaya telah diresmikan pada tanggal 29 September 2011 oleh Rektor