FIB - Wakil Dekan I FIB Unand, Dr. Ike Revita, M.Hum. berkesempatan menjadi salah satu narasumber kegiatan Diskusi Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol. Acara yang diadakan pada hari Selasa, 14 April 2022 dimulai pada pukul 08.30 WIB di ruang diskusi dosen Fakultas Adab UIN Imam Bonjol. Acara ini dihadiri oleh dosen maupun mahasiswa.
Dr. Ike Revita, M.Hum. dalam acara ini memberikan presentasi dengan judul “Bahasa dalam Perspektif Pragmatik”. Judul presentasi tersebut ia ambil dalam rangka memperkenalkan pragmatik kepada para tamu yang hadir di dalam acara tersebut. Ia memulai presentasinya dengan menjelaskan bahwasanya pragmatik adalah studi yang mengkaji makna berdasarkan konteks. Selain itu, ia menerangkan bahwasanya pragmatik berhubungan dengan empat hal, di antaranya adalah linguistik, sosiologi, antropologi, dan psikologi. Adapun gabungan antara linguistik dan sosiologi dalam pragmatik disebut sebagai sosiopragmatik. Dr. Ike Revita juga turut menguraikan masing-masing kedua istilah tersebut dimana linguistik dapat dipahami sebagai ilmu tentang bahasa sedangkan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan sosial dalam masyarakat. Dalam presentasinya tersebut, ia menjelaskan bahwasanya sosiopragmatik berkaitan dengan fenomena bagaimana seseorang menggunakan bahasa kepada orang lain dalam konteks kehidupan sosial.
Sebagai pengkaji bahasa, Dr. Ike Revita turut menyinggung teori-teori lain dalam sosiopragmatik seperti teori sosiopragmatik yang dikemukakan oleh Leech dan teori sosiopragmatik yang dikemukakan oleh Holmes. Selain itu, ia juga memaparkan bahwasanya terdapat tiga aspek yang mengikat sosiopragmatik, di antaranya adalah interactional, normative, dan social. Interactional berhubungan dengan partisipan yang terlibat (penutur dan pendengar), social berhubungan dengan faktor power/status sosial, distance/tingkat keakraban, dan rate of imposition/tingkat urgensi sebuah tindakan harus segera dilakukan, serta normative berhubungan dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Dr. Ike Revita menambahkan bahwasanya ketiga aspek ini membedakan sosiopragmatik dari ilmu lainnya.
Dalam menjelaskan sosiopragmatik ini, Dr. Ike Revita, M.Hum. mengutip pernyataan Leech yang menyatakan bahwa sosiopragmatik berhubungan dengan kondisi ‘lokal’ yang lebih spesifik pada penggunaan bahasa. Lebih lanjut, ia menyebutkan bahasa kromo dalam bahasa Jawa dapat dipahami sebagai salah satu contoh dari sosiopragmatik. Adapun topik-topik yang termasuk ke dalam ruang lingkup pragmatik seperti speech act/tindak tutur, prinsip-prinsip kesopanan dan ketidaksopanan, cooperative principles/prinsip kerja sama, dan face/konsep wajah.
Selain itu, Dr. Ike Revita di dalam presentasinya juga turut menyoroti istilah sosiolinguistik dan pragmatik yang sekilas terlihat sama. Di dalam presentasinya tersebut, Dr. Ike Revita menekankan perbedaan antara kedua kajian ilmu tersebut, “Sosiolinguistik bersifat statis yang mana menawarkan snapshot atau potret dari bahasa masyarakat tertentu pada waktu tertentu sedangkan pragmatik lebih bersifat dinamis yang mana menggambarkan apa yang dilakukan pembicara dari suatu komunitas dengan sumber daya itu (bahasa), bagaimana dia menggunakannya untuk mengubah keadaan atau untuk mempertahankan status quo,” jelas Dr. Ike Revita dalam presentasinya.
“Kedinamisan berbahasa salah satunya terefleksi dari berbagai macam cara dalam komunikasi. Selain itu, hendaknya kita juga lebih arif dalam memilih bentuk tuturan,” tutup Dr. Ike Revita, M.Hum. dalam presentasinya.
Reporter: Fithryah Amirah Karini