FIB—Selama tiga hari, Senin s.d. Rabu (27—29 Maret 2017), Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema “Pembekalan Wawasan Historis dan Nilai-nilai Karakter kepada Tour Guide dan Masyarakat Sekitar Destinasi Wisata Sejarah”. Kegiatan ini terlaksana atas dukungan dan kerja sama Jurusan Ilmu Sejarah dengan BUMN Jamkrindo serta Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA).
Menurut Ketua Panitia, Dr. Anatona, M.Hum., kegiatan ini diikuti oleh sekitar 30 peserta dari 15 institusi dan biro travel serta komunitas. Artinya, peserta terdiri atas 70% penggiat sektor wisata dan selebihnya ialah masyarakat di Kota Padang, Bukittinggi, dan Sawahlunto. Di antara peserta tersebut ialah BMT tour and travel, IKARSA tour and travel, Indojaya Holiday tour and travel, GSC tour and travel, Pewarta Foto Indonesia, Bedudal tour and travel, Rangkiang Budaya, Sawahlunto Heritage Community, Himalaya Adventure Community, Nami Adventure Community, Sarasah Adventure Community, Kompas Tivi, dan Rel Air Cinema.
Bertempat di Hotel Grand Inna Muara Padang, Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah, S.P., Dt. Marajo, membuka secara resmi kegiatan yang juga dihadiri oleh Komisaris dari Kementerian BUMN, Direktur Perum Jamkrindo dan Ketua ASITA Sumatera Barat sebagai mitra kerja sama, Dinas Pariwisata Sumbar, Wakil Ketua DPRD Kota Padang, Ketua MSI, Dekan dan civitas akademika FIB, serta Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Padang.
Walikota Padang mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Sejarah Unand ini karena secara pribadi, ia merasakan pengalaman yang baik ketika dipandu oleh guide Malaysia dalam perjalanan sampai ke Thailand. “Apa pun yang ditemui selama perjalanan tersebut, selalu saja ada cerita yang disampaikan guide. Hal ini tentunya dapat menjadi pengayaaan bagi tour guide di Sumatera Barat,” ujarnya.
Menurut H. Mahyeldi Ansharullah, diperlukan upaya untuk meningkatkan penguasaan guide di Sumatera Barat. “Kalau bisa juga diberikan tugas dan kemudian dinilai,” ujar Walikota Padang yang memotivasi tour guide untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami objek wisata di Sumatera Barat. Bahkan, H. Mahyeldi Ansharullah juga meminta kepada Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat untuk mengumpulkan bahan cerita tentang objek-objek wisata dan destinasi di Sumatera Barat umumnya dan Kota Padang khususnya.
“Ini tugas kita untuk menyiapkan bahan. Sejarah mengenai objek historis di Kota Padang rasanya belum ada. Di Kota Padang terdapat 27 monumen yang pernah saya catat. Misalnya, monumen di depan Hotel Inna Muara. Kita tidak pernah tahu sejarah simbol dan lambang pada monumen tersebut, padahal objek ini dapat menjadi pembelajaran dalam pelajaran sejarah,” ungkap H. Mahyeldi Ansharullah, khususnya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang.
Menurut H. Mahyeldi Ansharullah, hasilnya dapat dimanfaatkan oleh tour guide, peserta didik, dan juga masyarakat. Apalagi, masyarakat di Kota Padang pada hari ini sangat baik dalam membantu mengembangkan Kota Padang sebagai daerah wisata. Hal ini terbukti dari kesediaan mereka berbagi tanah untuk dijadikan pembangunan jalan menuju akses wisata.
Terkait wisatawan yang datang ke Sumatera Barat, khususnya ke Kota Padang, Walikota Padang menuturkan bahwa wisatawan yang datang tersebut bukan orang sembarangan. “Mereka tidak hanya sekedar rekreasi, tetapi sudah memiliki tingkat pengetahuan. Jadi, penting bagi tour guide untuk memiliki kualitas wisata yang baik untuk mendampingi orang-orang tersebut.”
Oleh sebab itu, H. Mahyeldi Ansharullah berharap agar tour guide memiliki kompetensi yang lebih baik. “Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan peserta menguasai dan memahami objek sejarah yang ada di sekitar kita atau menciptakan segala sesuatu agar bisa dijadikan objek. Bagaimana agar kita dapat menceritakan Minangkabau kepada mereka. Kalau bisa, ceritanya betul-betul terkait dengan sejarah. Batu malin kundang misalnya, yang disorot bukan batunya, tetapi edukasi sehingga orang-orang bisa melihat sisi pendidikan.”
Kepada dinas terkait, Walikota Padang berharap agar kegiatan pembekalan kepada tour guide tersebut dapat melahirkan buku-buku tentang nilai-nilai sejarah yang terdapat pada objek wisata di Indonesia.
Jurusan Ilmu Sejarah yang berhasil melakukan pembekalan tour guide kemudian mendapat ucapan terima kasih dari seluruh direksi Jamkrindo karena pengembangan capacity building tour guide merupakan salah satu bentuk kepedulian Jamkrindo untuk negeri.
“Kementerian BUMN sudah mencanangkan BUMN peduli untuk negeri. Salah satu kegiatan BUMN peduli untuk negeri ialah pariwisata. Pertama, dikembangkan pariwisata di sekitar Candi Borobudur dan kedua dikembangkan di Sumatera Barat. Beberapa BUMN sudah mendapat tugas untuk mengembangkan wisata di Sumatera Barat. Bahkan, beberapa lalu diadakan semacam FGD yang juga diinisiasi oleh Menteri BUMN dan juga dihadiri oleh Gubernur Sumbar. Jamkrindo termasuk BUMN yang ikut dan Jamkrindo mengambil bagian berupa pengembangan capacity building tour guide,” ungkap Direktur Jamkrindo, Nanang Waskito.
Tak hanya pembekalan tour guide, Direktur Jamkrindo berharap kegiatan ini tidak berhenti di sini saja, tetapi diharapkan para tour guide ini nantinya mampu menguasai beberapa bahasa. “Data menunjukkan bahwa wisatawan asing yang datang ke Indonesia sebanyak 40 persen berasal dari Cina dan Rusia. Waktu pelatihan tour guide di Jawa Tengah, mereka meminta pelatihan bahasa Rusia dan Cina. Kita berharap di Sumatera Barat ini juga bisa di-follow up berupa pelathan bahasa. Ini penting karena kita harus go internasional,” ungkap Nanang Waskito.
Sementara itu, Dekan FIB Unand, Prof. phil. Gusti Asnan menyambut baik adanya kerja sama antara FIB Unand dengan Perum Jamkrindo dan Asita. Menurutnya, kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan pariwisata di Sumatera Barat, khususnya Kota Padang.
“Hari ini ekonomi masyarakat sudah mulai membaik karena masyarakat tidak hanya memikirkan perut saja, tetapi sudah memikirkan kesenangan, tamasya, atau rekseasi,” ujar Prof. phil. Gusti Asnan.
Menurut Dekan FIB, perlu strategi untuk mewujudkan wisata yang ideal di Sumatera Barat. Salah satunya dapat dilakukan dengan membekali tour guide dan masyarakat sekitar destinasi wisata dengan wawasan historis. “Wawasan histrois merupakan kunci yang mau tidak mau harus dimiliki oleh seorang tour guide,” ungkapnya.
Bagi Prof. phil. Gusti Asnan, untuk menciptakan wisata berwawasan historis memang diperlukan pelatihan yang tepat untuk tour guide. “Semoga pelatihan ini dapat mencetak tour guide yang profesional dan berwawasan historis, serta memiliki karakter yang dibutuhkan di dunia wisata,” ungkapnya.
Prof. phil. Gusti Asnan mengungkapkan bahwa seorang tour guide profesional yang dikenalnya bahkan merupakan seorang profesor. “Waktu saya kuliah dulu, ketika akan melakukan pembimbingan dengan dosen pembimbing saya yang seorang profesor, ternyata dia meninggalkan saya sekitar tiga minggu. Saya bertanya kepada sekretarisnya ke mana profesor tersebut. Ternyata, beliau menjadi tour guide. Di Jerman, menjadi seorang profesor itu begitu wah. Namun, ia justru ikut mengabdikan dirinya menjadi tour guide untuk kapal pesiar nomor dua termewah di dunia saat itu.”
Menurut Prof. phil. Gusti Asnan, untuk menjadi tour guide di kapal pesiar tersebut memang dibutuhkan orang-orang luar biasa untuk bisa menjelaskan perjalanan dari Eropa menuju Pulau Sumatera, Sunda, Malaka, sampai ke Bali. “Kapal itu selalu mendunia setiap tahun. Service-nya luar biasa. Ketika saya tanya, mengapa bisa menjadi tour guide, ternyata dia sengaja menjual dirinya. Saya katakan menjual diri karena hal tersebut merupakan proses untuk bisa menjadi hebat. Bahkan, sampai sekarang saya mendengar ia masih menjadi tour guide,” ungkapnya.
Kepada peserta, Dekan FIB Unand berharap dapat melakukan hal yang sama untuk bisa menjadi tour guide yang hebat dan profesional.
Mengenai kegiatan pembekalan ini, pada hari pertama (Senin, 27/3/2017), kegiatan pembekalan berlangsung di dalam ruangan. Beberapa narasumber yang terdiri atas akademisi, praktisi wisata, dan travel writer. Mereka membicarakan materi tentang sejarah Kota Padang, Kota Bukittinggi, dan Kota Sawahlunto. Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan di lapangan, yaitu kunjungan pada tiga kota destinasi Wisata Sejarah di Sumatera Barat meliputi Padang, Sawahlunto, dan Bukittinggi.