FIB – Satria Kuntara Santoso, Mahasiswa Sastra Inggris FIB Unand, dinobatkan sebagai Wakil II Duta Budaya Tanah Datar pada Minggu, 20 September 2019. Pemilihan Duta Budaya itu merupakan ajang yang baru perdana digelar.
Kuntara (nama kecil) memaparkan filosofi penamaan ajang pemilihan duta budaya itu. “Penamaan Rang Mudo dan Puti Bungsu tidak hanya digunakan oleh duta budaya di Kabupaten Tanah Datar saja karena kita kan duta budaya, dalam artian budaya Minang lah yang akan kita angkatkan. Lain halnya dengan duta wisata yang menggunakan panggilan uda dan uni. Konon katanya, rang mudo merupakan gelar bagi lelaki atau pemuda di Minang yang belum menikah. Diibaratkan sebagai lelaki Minang yang paham tentang adat, budaya, dan agama Islam di Minangkabau. Sedangkan Puti Bungsu merupakan sosok ideal wanita Minangkabau yang belum menikah tetapi paham tentang adat,” paparnya.
Tahapan-tahapan mengikuti penyeleksian itu diawali dengan pengumpulan berkas, penyerahan berkas pada jadwal audisi 16 September 2019 yang berlokasi di Rumah Gadang Istana Pagaruyuang. Ada tiga juri terkait agama, budaya, serta public speaking. Setelah penjurian, terpilih lima pasang rang mudo dan puti bungsu. Setelah terpilih sebagai finalis, mereka akan mengikuti karantina pada hari Rabu hingga Jumat.
Jumat malam adalah jadwal grand final. Pada saat karatina, finalis diberikan pembekalan oleh tokoh masyarakat dari Tanah Datar seperti Bundo Kanduang, tokoh masyarakat yang berkompeten di bidang wisata, adat, dan budaya. Setiap finalis nantinya akan diberi tiga buah pertanyaan yang mencakup aspek adat dan budaya, wisata budaya, dan pengetahuan umum. Waktu menjawab pertanyaan hanya satu menit.
Kuntara menyampaikan, “Karantina berlangsung dengan sangat menyenangkan karena kami tidak bisa mendapatkan materi seperti ini di tempat lain. Apalagi dengan kondisi bobroknya nilai adat dan budaya sekarang ini. Sangat miris rasanya ketika ditanya terkait Minang dan budayanya, tapi kita tak mampu untuk menjawab. Sebetulnya, orang Minang ini sangatlah unik karena mereka mempunyai banyak tradisi, pepatah petitih, mereka juga belajar dari alam seperti ungkapan Alam Takambang jadi Guru.”
Kuntara mengakui motivasinya mengikuti ajang itu karena dia ingin mengenal lebih dalam tentang seluk beluk budaya yang ada di Minangkabau, terlebih dia juga bukan asli orang Minang, sehingga punya rasa ingin tahu yang lebih akan budaya itu sendiri.
“Dulu saya pernah pergi ke Istana Besar Pagaruyung dan bertemu orang Belanda ditempat tersebut. Lalu mereka bertanya tentang sejarah tempat ini dan saya belum banyak pengetahuan saat itu, sehingganya saya sadar kita generasi muda inilah yang mestinya penggerak untuk menanamkan nilai-nilai budaya itu. Sayang sekali rasanya ketika muatan lokal BAM (Budaya Alam Minangkabau) itu dihapuskan dari mata pelajaran SD dan SMP,” ujarnya.
“Sejujurnya, ketika kita ingin memberitahukan budaya kepada seseorang, kita harus memulainya dengan diri kita terlebih dahulu. Contohnya, berpakaian yang sopan, bertutur bahasa yang sopan, mampu menghargai orang lain dengan baik. Kalau duta budayanya saja tidak berbudaya, bagaimana masyarakat mau meneladaninya,” ujar Kuntara.
Program kerja dari Duta Budaya ini terbagi dari beberapa agenda, berupa video edukasi tentang aset budaya yang akan dipublikasikan di instagram, lalu program QnA (Question and Answer) seputar budaya, serta sosialisasi yang dilakukan ke sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Ada juga program yang menjalin kerjasama dengan Travel Agent agar nantinya ketika ada wisatawan asing yang berkunjung ke Tanah Datar bisa disambut langsung oleh para duta dan dapat menjadi ajang memperkenalkan wisata budaya yang ada.
Foto 2 : Foto Rang Mudo dan Puti Bungsu pada malam Grand Final
“Harapannya, generasi muda dapat menjadi solusi dari krisis budaya, mari lebih peduli akan budaya, lebih ado yang ampek (raso, pareso, malu, jo sopan). Karena tolak ukur orang Minang bergantung kepada hal yang ampek (empat) tersebut. Substansinya itu ada pada akal dan budi,” pungkas Kuntara.
Reporter: Tzya Asradha, Editor: Ayendi, Admin: Tri Eka Wira