“Tasa Digandang, Dana Digalang”

          Penggalangan dana tentunya tidak asing lagi sebagai wujud kepedulian yang dilakukan oleh sekelompok orang. Pada 4 Desember yang lalu  terjadi sebuah musibah yang mengakibatkan banyak korban di daerah Lumajang Jawa Timur, tepatnya di Gunung Semeru. Gunung ini merupakan salah satu gunung api yang tinggi dan berstatus aktif  di Pulau Jawa. Orang sering menyebutnya Mahameru. Ketika keadaan alam yang tidak bisa ditebak itulah, Semeru pada sore itu mengeluarkan abu vulkanik yang tidak disangka-sangka semua orang. Akibat dari letusan itu rumah-rumah warga yang berada di lereng itu terdampak letusan bahkan menimbulkan korban jiwa.

        Seluruh Indonesia menangis dengan kejadian tersebut. Banyak uluran tangan dengan rasa kepedulian serta rasa kemanusiaan yang amat sangat untuk membantu korban Semeru agar bangkit. Dukungan langsung ke lapangan dan juga melalui open donasi dibuka di seluruh Indonesia dan masih berlangsung hingga saat ini. Banyak dari kalangan mahasiswa yang menjadi relawan untuk membantu meringankan korban dari semeru ini. Tidak lupa juga Mahasiswa Sastra Minangkabau seluruh angkatan yang berada di Padang.

        Pada tanggal 19 Desember 2021, mahasiswa Sastra Minangkabau mengadakan penggalangan dana di Pantai Puruih Kota Padang. Pada minggu itu sekitar 60-70 orang mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau di bawah naungan organisasi mahasiswa, HIMA (Himpunan Mahasiswa) Jurusan Sastra Minangkabau. Penggalangan dana ini menurut penulis unik karena dilakukan dengan penampilan kesenian tradisional, yaitu Gandang Tasa. Oleh karena itulah, berita ini berjudul “Tasa Digandang, Dana Digalang”. Alat musik Minangkabau ini terdiri atas Tambua dan juga Tasa Itu sendiri. Gandang Tasa dimainkan dengan cara dipukul seperti kebanyakan gendang pada umumnya. Musik Gandang Tasa biasanya digemari oleh banyak orang khususnya orang Minangkabau. Ketika memainkan musik ini tentu akan membuat kita bergoyang-goyang.

         Dalam kegiatan itu,  mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok. Pertama ialah  mahasiswa yang melakukan penampilan permainan Gandang Tasa. Kedua ialah mahasiswa yang mengumpulkan dana itu sendiri. Ketika permainan itu dilihat oleh banyak orang, di situlah momentum  para pengunjung memberikan sumbangan  untuk korban Semeru. Karena keunikan itulah banyak masyarakat tertarik dan  melihat permainan alat musik ini dan  anak-anak menari mengikuti  musik Gandang Tasa itu. Ketika dana itu digalang,  Tasa juga digandang.

          Aksi ini dilakukan atas dasar rasa kepedulian mahasiswa  terhadap sesama. Rasa inilah yang ditanamkan dari HIMA Jurusan Sastra Minangkabau ke semua mahasiswa dengan mengajak pengunjung Pantai Puruih dan masyarakat sekitar untuk ambil bagian dalam kepedulian kepada korban Semeru. Kegiatan ini sekaligus menjadi pendidikan bagi masyarakat untuk  saling perhatian antar-sesama anak bangsa. Nantinya, dana kepedulian yang terkumpul ini akan disalurkan melalui ACT.

          Untuk masa datang, kegiatan kemanusiaan ini  perlu ditingkatkan. Kita tidak boleh diam saja dan membiarkan penderitaan orang lain. Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau bersama HIMAnya akan konnsisten  melanjutkan kegiatan semacam ini. Jangan pernah kita patah semangat untuk melakukan aksi kemanusiaan. Korban Semeru, Lekas Bangkit, Kami Peduli.

Foto bersama setelah melakukan kegiatan.

 

Abdul Jamil Al Rasyid, mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau FIB Universitas  Andalas, angkatan 2019.

Alumni